Dibawah ini disajikan tanpa perlu download Contoh proposal laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) SD mata pelajaran ipa ips bahasa indonesia bahasa inggris matematika pkn pelajaran agama biologi dan bisa juga dijadikan untuk makalah guru dan memenuhi tugas dalam mengikuti proses sergur atau sertifikasi guru tingkat sd smp sma kelas I II III IV V VI VII VIII IX dan X.
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
BIDANG STUDI IPA KELAS V DI SD NEGERI 2 PENGATIGAN
KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2006/2007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain. Namun darifaktor-faktor itu, guru dan siswa faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat dirunut melalui pemahaman hakikat pebelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya.
Bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia kiranya merupakan hal yang tak dapat dibantah. Pada kenyataanya pendidikan telah dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikatnya pendidikan merupakan serangkian peristiwa yang komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain: tujuan, peserta didik, pendidik, isi/bahan cara/metode dan situasi/lingkungan. Hubungan keenam faktor tersebut berkait satu sama lain dan saling berhubungan dalam suatu aktifitas satu pendidikan (Hadikusumo, 1995;36).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada SD Negeri 2 Pengatigan dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Kondisi lingkungan yang kurang kondusif, karena letak SD tersebut berdekatan dengan jalan dan rumah penduduk, (2) Berdekatan dengan penggergajian kayu. Dari situasi dan kondisi seperti ini mempengaruhi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, seperti kebisingan suara gergaji, dan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang, sehingga perhatian siswa dapat terganggu. Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak orang tua bersikap masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di SD Negeri 2 Pengatigan tidak kondusif, sehingga menyebatkan penurunan nilai mata pelajaran IPA. Adapun nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa SD tersebut pada tahun ajaran 2003/2004 dibawah nilai standar yaitu 6,1, sedangkan nilai standar yaitu 6,5 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tidak kurang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran ini merupakan model percepatan belajar (Accelerated Learning) dengan metode belajar Quantum Teaching. Percepatan belajar yang di Indonesia dikenal dengan program akselerasi tersebut dilakukan dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses alamiah dari belajar melalui upaya-upaya yang sengaja. Penyingkiran hambatan-hambatan belajar yang berarti mengefektifkan dan mempercepat proses belajar dapat dilakukan misalnya : melalui penggunaan musik (untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus memperkuat konsentrasi melalui kondisi alfa), perlengkapan visual (untuk membantu siswa yang kuat kemampuan visualnya), materi-materi yang sesuai dan penyajiannya disesuaikan dengan cara kerja otak, dan keterlibatan aktif (secara intelektual, mental, dan emosional).
Model pembelajaran ini menekankan kegiatannya pada pengembangan potensi manusia secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu: mudah, menyenangkan, dan memberdayakan. Setiap anggota komunitas belajar dikondisikan untuk saling mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan bekerja sebagai pemain tim guna mencapai kesuksesan bersama. Dalam konteks ini, sukses guru adalah sukses siswa, dan sukses siswa berarti sukses guru.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching, karena strategi tersebut bisa diterapkan di sekolah dasar. Seperti yang telah dikutip oleh Bobbi De Porter (dalam Ari Nilandri, 1994;4) menyatakan bahwa Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik, untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang yang dikemukakan diatas diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :
a) Adanya prestasi belajar untuk mata pelajaran IPA yang rendah.
b) Adanya faktor Lingkungan sekolah yang kurang mendukung dalam proses belajar mengajar.
c) Kurangya perhatian siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
d) Adanya karektristik siswa yang berbeda serta kelebihan dan kelemahan sehingga mempengaruhi penerimaan mata pelajaran IPA.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran Quantum Teaching bagi siswa SD Negeri 2 Pengatigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu :
a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan atau lembaga terkait, hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan bidang pendidikan, terutama berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas, hasil penelitian dapat membantu meningkatkan pembinaan profesional dan supervisi kepada para guru secara lebih efektif dan efisien.
c. Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan guna melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas profesinya
d. Bagi SD Negeri 2 Pengatigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi sabagai subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tercapai prestasi belajar yang optimal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan Tentang Teknologi Pendidikan
a. Pengertian Teknologi Pendidikan
Menurut Assosiation For Education And Technology (1994;l) “Intrument tecnology is the theory and praetice of’ the sains Development utilization, management and evalution of processes and resourses forleraning” Definisi ini diterjemahkan sebagai teknologi pembelajaran adalah merancang mengembangkan, memanfaatkan, dan mengevaluasi prosesproses dan sumber-sumber teknologi pembelajaran terbagi dalam beberapa komponen. Hal ini sesuai dengan pendapat Barbara B. Seels dan Rita Richcy (1994;9) yang menyatakan bahwa teknologi pembelajaran meliputi :
1) Teori dan praktik.
2) Rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi.
3) Proses dan sumber.
4) Untuk belajar.
Berdasar uraian tersebut, maka teknologi pendidikan merupakan ilmu yang menaruh perhatian pada semua aspek belajar melalui sumber – sumber belajar, baik yang dirancang, dikembangkan, dikelola, dimanfatkan dan dievaluasi baik secara langsung maupun tidak…..dst
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah, diujicobakan dalam situasi sebenarnya dengan melihat kekurangan dan kelebihan serta melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas. Penelitian tindakan adalah merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa, suatu kerja sama dengan perspektif berbeda. Misalnya bagi guru, demi peningkatan profesi anaknya dan bagi siswa peningkatan prestasi belajarnya. Bisa juga antara guru dan kepada sekolah, kerja sama kolaborarif ini dengan sendirinya juga partisipasi setiap tim secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan PTK pada tahap awal sampai akhir.
Penelitian tindakan ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang berbentuk kolaboratif. Menurut Suyanto (1996;18) yang dikutip oleh Kasiani Kasbolah (1988;123) bahwa penelitian kolaboratif melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, kolaboratif diberi makna kerja sama antar guru dengan peneliti dari luar sekolah untuk melakukan penelitian tindakan kelas secara bersama di kelas atau di sekolah.
Adapun Kelebihan penelitian tindakan menurut Sumsky seperti yang dikutip oleh Suwarsih Madya (1994;13-15) adalah sebagai berikut :
1. Kerja sama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki. Dalam pembelajaran bertujuan untuk menimbulkan rasa memliki terhadap siswa sehingga dengan rasa memiliki terhadap siswa merasa bertanggung jawab.
2. Kerja sama dalam penelitian tindakan mendorong kualitas dan pemikiran kritis. Dengan penelitian tindakan guru akan bertambah pengetahuan dan memiliki pemikiran yang kritis dalam intropeksi diri tentang tugas yang dikerjakan sebelum dilakukan penelitian tindakan.
3. Kerja sama meningkatkan kemungkinan untuk berubah. Dengan kerja sama guru berusaha untuk merubah strategi yang diterapkan sebelumnya dengan tujuan memperoleh hasil yang lebih baik.
4. Kerja sama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan. Dengan kerja sama, guru mempunyai kesepakatan bersama untuk menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan guna meningkatkan hasil belajar. Adapun penelitian tindakan juga mengandung kelemahan sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti.
2. Berkenaan dengan waktu.
3. Berhubungan dengan konsepsi proses kelompok.
4. Berkenaan dengan keuletan terhadap pertanyaan agar dapat meyakinkan orang lain bahwa metode, strategi dan teknik yang diteliti benar-benar berjalan secara efektif. Meskipun penelitian tindakan mempunyai banyak kelebihan-kelebihan, namun demikian kelemahan masih tetap ada yaitu dengan terbatasnya waktu, biaya, serta sarana dan pra sarana yang mendukung.
Pendapat yang telah diuraikan mengenai pemilihan tindakan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu dengan mengadakan perbaikan tritmentritmen untuk memperoleh peningkatan kualitas tindakan yang diberikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian.
SD Negeri 2 Pengatigan terletak di Desa Pengatigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. SD ini terdiri dari enam kelas dengan dengan didukung oleh tenaga pengajar yang terdiri dari 6 guru kelas, 1 guru Agama Islam dan 1 guru Olah raga. Fasilitas yang dimiliki SD Negeri 2 Pengatigan antara lain UKS, Koperasi Siswa, Perpustakaan dan ruang bermain. di SD Negeri 2 Pengatigan juga diselenggarakan kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler.
2. Data Penelitian.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data pengamatan terhadap prestasi siswa kelas V dalam pelajaran IPA.
B. Hasil Penelitian
1. Keadaan Awal Hasil Belajar Siswa
Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode Quantum Teaching, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas V SD Negeri 2 Pengatigan menunjukkan adalah 6,1. Kondisi tersebut menjadikan indikator pada penelitian ini bahwa kemampuan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Pengatigan adalah rendah. Rendahnya kemampuan siswa tersebut di atas disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA. Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat monoton, satu arah, kurang komunikatif, cenderung bersifat ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif.
Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu suatu pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam belajar, terjadinya komunikasi dua arah, serta siswa meningkat motivasunya untuk belajar. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan metode Quantum Teaching yang dilaksanakan dalam tiga siklus.
2. Siklus I
a. Perencanaan
1) Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan.
2) Guru mempersiapkan alat peraga gambar orang terkena penyakit.
3) Guru menugaskan kepada siswa untuk membawa buku IPA
4) Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.
5) Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari 4 anak.
b. Pelaksanaan
1) Sebelum di mulai pelajaran anak di ajak menyanyi, untuk menumbuhkan minat belajar
2) Anak-anak menyebutkan penyakit yang pernah dideritanya.
3) Anak-anak bersama guru memberi nama penyakit yang pernah dideritanya tersebut.
4) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan gambar-gambar yang ada hubungannya dengan macam-macam penyakit.
5) Anak-anak diajak menyanyi lagi baru kemudian mengulangi materi yang telah diterangkan guru.
6) Anak-anak diberi pujian bila bisa menjawab pertanyan dari guru.
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam penerapan metode pembelajaran Quantung Teaching.
1) Pengamatan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok Berdasarkan data hasil observasi kerja sama siswa dalam kelompok saat pengajaran pada siklus I dengan metode Quantung Teaching pada lampiran skor keaktifan siswa sebesar 52 dengan persentase 72,22% dan termasuk kategori sedang. Ditinjau dari keaktifan masing-masing siswa, sebagian besar siswa cukup baik dalam kerja sama kelompok, yaitu 9 dari 24 siswa atau 38,5% siswa dengan kerja sama yang tinggi, sebanyak 10 dari 24 siswa atau 41,7% siswa dengan kerja sama yang sedang dan sebanyak 5 dari 24 siswa atau 20,8% siswa dengan kerja sama yang rendah.
2) Pengerjaan soal-soal siklus I Perilaku siswa terhadap pengerjaan soal-soal siklus I ada yang serius, ada yang masih acuh tak acuh, ada yang tampak bingung dan belum jelas.
3) Nilai hasil tes siklus I Berdasar data hasil tes siklus I pada lampiran dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 6,6. Naik dari nilai sebelum dilakukan pembelajaran metode Quantum Teaching yaitu 6.1. lebih jelasnya hasil belajar pada siklus satu tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini :
Gambar 3. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklus I
4) Dampak perlakuan siklus I Siklus I yang diawali dengan perencanaan, tindakaan dan pengamatan berpengaruh pada diri siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada kerja sama siswa dalam kelompok dan hasil nilai tes yang dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui peningkatannya yaitu pada nilai sebelum dilakukan pembelajaran, rata-rata 6,1 dengan sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode Quantum Teaching, ratarata 6,6.
d. Refleksi siklus I
Berdasar hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa meskipun ada siswa yang kurang dalam kerjasama dalam kelompoknya. Beberapa siswa masih sibuk bermain sendiri, bentuk pembelajaran yang diawali dengan menyanyi secara bersama-sama menumbuhkan minat belajar yang lebih baik, namun kekurangannya adalah bila siswa tersebut kurang suka bernyayi.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1) Guru mempersiapkan materi yang akan diajarakan.
2) Guru mengatur kelas supaya siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Guru mempersiapkan contoh gambar-gambar.
b. Pelaksanaan
1) Siswa mengelompok berdasar kelompok masing-masing.
2) Anak-anak diajak bernyanyi dan bermain untuk menumbuhkan minat belajar.
3) Anak-anak menyebutkan aktifitas fisik dan istirahat yang mereka ketahui di sekitarmya..
4) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan gambar-gambar yang termasuk aktifitas fisik dan istirahat.
5) Anak-anak diajak mengulang materi secara bergilir.
6) Anak-anak diberi hukuman bila tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.
c. Pengamatan
1) Pengamatan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok Pengamatan dilakukan dengan melihat partisipasi siswa dalam kelompok. Berdasar hasil pengamatan pada lampiran menunjukkan diperoleh skor 62 dengan persentase 86,11 dan termasuk kategori tinggi. Ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa dalam kelompok, sebagian besar siswa yaitu 15 dari 24 siswa atau 62.5% partisipasinya dalam kelompok tinggi, 8 dari 24 siswa atau 33.3% partisipasinya dalam kelompok sedang dan 1 dari 24 siswa atau 4.2% partisipasinya dalam kelompok rendah.
2) Pengerjaan soal-soal Siklus II Siswa mengerjakan soal dengan antusias, hal tersebut dikarenakan minat belajar semakin tinggi setelah mendapat perlakuan siklus II. Dalam mengerjakan soal tes kedua ini, siswa lebih serius, tidak menoleh ke kanan dan kiri serta lebih cepat menyelesaikan soalsoal.
3) Nilai hasil tes Siklus II Berdasar hasil penelitian pada lampiran, diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 7.3 atau mengalami kenaikan sebesar 0,7 atau 10,61% dari hasil belajajar rata-rata siklus I. Lebih jelasnya kenaikan hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat diperhatikan pada diagram berikut.
Gambar 4. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklusII
4) Dampak perlakuan siklus II Siklus II diawali dengan momen refleksi siklus I, siklus II berdampak pada diri siswa yaitu dengan adanya peningkatan nilai tes. Hal tersebut dikarenakan semakin antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran.
d. Refleksi
Pengamatan yang dilakukan pada siklus II yaitu partisipasi siswa terhadap kelompok menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kelompok sudah bagus, meskipun masih ada satu orang siswa yang kurang dalam partisipasi kelompok.
4. Siklus III
a. Perencanaan
1) Guru menyiapkan materi pelajaran.
2) Guru mengatur siswa untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Guru mempersipkan alat peraga.
b. Pelaksanaan
1) Anak-anak berkelompok menurut kelompoknya masing-masing.
2) Anak-anak diajak menyanyi, bermain dan menari untuk menimbuhkan minat belajar.
3) Anak-anak menyebutkan jenis permukaan bumi yang mereka ketahui.
4) Anak-anak bersama guru menyebutkan jenis-jenis permukaan bumi.
5) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan permukaan bumi dengan globe.
6) Anak-anak diajak mengulang materi secara bergilir bila kurang lengkap guru melengkapi.
7) Anak diberi pujian bila bisa menjawab pertanyaan, serta anak diberi hukuman bila anak tidak bisa menjawab pertanyaan dengan menyanyi dan baca puisi di depan kelas.
c. Pengamatan
1) Pengamatan dilakukan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok Pengamatan dilakukan dengan melihat partisipasi siswa dalam kelompok. Berdasar hasil pengamatan pada lampiran menunjukkan diperoleh skor 67 dengan persentase 93,06 dan termasuk kategori tinggi. Ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa dalam kelompok, sebagian besar siswa yaitu 19 dari 24 siswa atau 79,2%partisipasinya dalam kelompok tinggi, 5 dari 24 siswa atau 20,8%partisipasinya dalam kelompok sedang dan tidak ada satupun siswayang partisipasinya dalam kelompok rendah.
2) Pengerjaan soal-soal sklus III Siswa secara antusias mengerjakan soal-soal yang ditugsakan setelah mendapat perlakuan siklus II, dalam mengerjakan soal siswa lebih serius dan tampak berlomba dalam menyelesaikan soalsoal.
3) Nilai hasil tes siklus III Berdasar hasil tes siklus III pada lampiran diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 7,9 atau mengalami kenaikan sebesar 0,6 atau 8,22 % dari nilai rata-rata hasil belajar siklus II. Lebihjelasnya kenaikan hasil belajar siswa pada siklus III ini dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 5. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklus III
4) Dampak perlakuan siklus III, Siklus III yang diawali dengan momen refleksi siklus II berpengaruh pada hasil belajar siswa. Refleksi dari proses pembelajaran pada siklus I, siklus II sangat berpengaruh terhadap siklus III dalam peningkatan nilai siswa. Selain itu diberlakukannya pembelajaran metode Quantum Teaching ini juga menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dari tingginya konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran, tidak ada siswa yang berbicara sendiri ataupun bermain sendiri….dst
MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA DENGAN METODE PEMBERIAN
TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 2 PENGATIGAN KECAMATAN ROGOJAMPI
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2008/2009
ABSTRAK
Keberhasilan dalam pembelajaran tidak terlepas dari cara memberi perlakuan kepada siswa. Bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita sehingga hasil tesnya selalu rendah. Kesulitan tersebut karena siswa tidak mampu memahami soal cerita. Faktor yang lain adalah tugas-tugas yang diberikan oleh guru sering tidak menimbulkan keaktifan untuk memecahkan masalah. Bertolak dari masalah tersebut diperlukan cara agar siswa dapat menyelesaikan soal cerita lebih optimal. Melalui pemberian tugas diharapkan dapat membantu pemahaman dan sekaligus meningkatkan keaktifan siswa.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi dengan jumlah siswa 24 orang. Guru pengamat dilibatkan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru. Penelitian ini dikatakan berhasil setelah siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai > 80 % serta telah terjadi peningkatan aktifitas siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus menempuh prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dari hasil penelitian siklus I siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai 54,54% dengan keaktifan cukup. Sesuai hasil refleksi pada siklus I maka dilanjutkan pembelajaran pada siklus II. Hasil tes pada siklus II siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai 81,81 % dengan keaktifan tergolong aktif. Sesuai dengan harapan maka penelitian ini berhasil mengoptimalkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siklus II.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas, kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa dapat dioptimalkan. Metode pemberian tugas mampu meningkatkan aktifitas siswa belajar siswa. Dalam hal ini diharapkan pada setiap guru, agar metode pemberian tugas digunakan dalam pebelajaran tentang soal cerita.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Alasan Pemilihan Judul
Dalam Wajib Belajar Pendidikan 9 tahun ( 1994: 60) kurikulum pendidikan dasar yang berkenaan dengan Sekolah Dasar menekankan kemampuan dan ketrampilan dasar “baca – tulis- hitung”. Sebagaimana tercermin dalam kemampuan dan keterampilan penggunaan bahasa (“bacatulis- berbicara”) serta berhitung (menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengukur sederhana dan memahami bentuk geometri) yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol – simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan meyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang menyulitkan siswa dalam pembelajaran di kelas.
Kemampuan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran, pemilihan metode mengajar, pengaturan suasana kelas yang kurang tepat memungkinkan hasil belajar siswa kurang optimal. Dalam pembelajaran, guru selalu memberikan tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan oleh guru diharapkan mencapai keberhasilan yang tinggi dan menjadikan pelajaran menjadi efektif. Pada siswa kelas V SD Negeri 2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi dalam menyelesaikan soal cerita selalu rendah, siswa yang memperoleh nilai 7.00 selalu kurang dari 80 %. Sebagian besar siswa tidak suka mengerjakan soal cerita. Siswa lebih suka mengerjakan latihan-latihan soal yang telah jelas operasi hitungnya. Dalam menyelesaikan soal cerita, siswa kadang-kadang hanya menjawab secara singkat. Untuk menguraikan jawaban, siswa mengalami kesulitan karena tidak paham terhadap apa yang dibaca akibatnya dalam menyelesaikan soal banyak kesulitan
Guru sangat jarang memberikan soal cerita kepda siswa sehingga siswa tidak terbiasa mengerjakan secara benar. Dalam hal tersebut guru perlu melakukan pemberian tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan hendaknya menimbulkan keaktifan siswa untuk memecahkan masalah sehingga kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat optimal.
Menyadari pentingnya mengatasi masalah belajar siswa, maka dengan metode tugas diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
2. Permasalahan
Dari uraian alasan pemilihan judul diatas maka permasalahan yang
akan dikaji pada penelitian ini adalah :
a. Dengan metode pemberian tugas dapatkah kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas V SD Negeri 2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi dioptimalkan ?
b. Dengan metode pemberian tugas dapatkah aktifitas siswa meningkat ?
3. Cara Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini metode pemberian tugas dilaksanakan pada pembelajaran di kelas dengan cara memberikan tugas berupa soal-soal yang menuntut aktifitas siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Setelah guru menjelaskan materi kemudian siswa menuangkan pemikiran melalui pengerjaan lembar kerja yang dapat dikerjakan secara individu maupun secara kelompok. Pembahasan hasil kerja dilakukan oleh guru dan siswa dengan tujuan menyamakan persepsi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita.
b. Untuk mengetahui peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
5. Manfaat penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas diharapkan memberi manfaat bagi :
a. Guru
Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan setiap guru dapat melakukan perbaikan terhadap pembelajaran menyangkut penyelesaian soal cerita sehingga diperoleh hasil belajar secara optimal.
b. Siswa
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa yang memiliki permasalahan dalam belajar untuk memperoleh solusi belajar
c. Peneliti :
Menjadi pedoman untuk meningkatkan sistem pembelajaran sehingga mampu mengelola pembelajaran secara professional.
d. Sekolah
Menimbulkan motivasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika.
6. Sistematika
Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu bagian awal, inti dan bagian akhir.
1. Bagian awal memuat tentang halaman judul, abstraksi, halaman pengesahan, motto dan persebahan, katabpengantar, daftar ini dan daftar lampiran.
2. Bagian inti memuat 5 bab antara lain : Bab I Pendahuluan berisi Alas an Pemilihan Judul, Permsalahan, cara Pemecahan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistimatika Bab II Landasan teori dan hipotesis tindakan berisi landasan, teori kerangka berfikir dan hipotesis tindakan Bab III Metode penelitian berisi subyek penelitian, rencana penelitian instrumen, cara pengumpulan data dan indikator keberhasilan. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan berisi hasil penelitian dan pembahasan siklus I, hasil penelitian dan pembahasan siklus II dan pembahasan. Bab V Penutup berisi simpulan dan saran Bagian akhir memuat daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar